Perjalanan Kounan

Orang juga bilang ada pertemuan, maka ada perpisahan. Semua itu bagian dari sirkulasi kehidupan yang kemana aja kita pergi, pasti kita liat, atau alamin. Gue ketemu Kounan sekitar 3 tahun lalu, beberapa menit lalu gue bilang selamat tinggal. Ah demm. Ga, gue ga suka selamat tinggal. Mari kita semua ganti ‘selamat tinggal’ dengan ‘selamat pindah’. Yes, si Kounan cuma pindah dari rumah gue ke rumah Tia Novitania, temen deket gue. Ga akan jauh juga dari gue. positive thinking !
sekitar tahun 2009 awal, gue waktu itu kerja di Kuala Lumpur (KL). Karena waktu luang gue banyak di sabtu minggu, gue berusaha cari hal hal yang bisa gue utak-atik dan tekunin. Fotografi itu menu yang manis buat gue saat itu. Mulailah gue pinjem kamera prosumer Fuji punya almarhum papa untuk jeprat jepret sana sini. Kamera yang gue namain Alita itu ga gitu lama main sama gue, karena pas gue pindah ke jakarta 2009 akhir, kameranya diminta sama tante gue, dan gue pun merelakan. Karena masih ngebet untuk jeprat jepret, gue berusaha lirik kiri kanan dan cari mainan baru. Canon 450D punya Dina Dini waktu itu membuat gue silau mata dan kalap. Dengan proses yang tidak terlalu lama, kamera punya sodara gue itu berpindah tangan ke gue.
” Mulai hari ini nama lo, Kounan ” kata gue sambil senyum. Kounan itu plesetan Canon. Dan sedikit berirama Conan (detektif Conan).
Dari sana si Kounan gue tenteng-tenteng kesana kemari. Ngumpul sama temen, bawa. Pacaran, bawa. Ngopi, bawa. bawa terus deh. Dia uda ketemu semua orang deket gue. Sahabat gue, mama, adek gue, sampe pacar dan gebetan gue. Bukan cuma ketemu, dia juga udah motret hampir dari semuanya.
Bareng sama Kounan, kemampuan fotografi gue naik dikit. Yah sampe sekarang gue juga masih banyak kurangnya sih, tapi dibanding foto gue yang dulu, udah ada perkembangan lah. Gue jg nyobain panning, zooming, dan tehnik tehnik lain sama dia. Genre-genre motret juga dicoba, dari mulai motret model, ekspresi, human interest, arsitektur, event, pre-wedding, sampe belakangan ini, dia paling demen motret landscape.

Selain trip-trip musiman kaya gitu, Kounan juga sering nemenin gue ngeguide dan bawa tamu di Trip2U. Ke pulau Pramuka, pulau Harapan, pulau Papatheo, banyak lagi. Banyak yang suka sama hasil hasil dari jepretan dia.
Wah, karena inget momen momen asik sama si Kounan, gue jadi senyum senyum gini nih. Ternyata, inget masa lalu itu ga selalu bikin sedih ^_^
Gue bikin puisi pendek ah buat si Kounan. Be good in there !
” Mesin Hitam Pembuka Mata “
Besi egois yang selalu minta digenggam
tak mau kelam, tak rela terhantam
memohon untuk dirawat, tapi harganya lumayan gawat
menjaganya tak mudah namun ia membuat momen menjadi indah
Matanya tak sama dengan mataku
“matamu jauh lebih ajaib, penciptamu agung” katanya
walau begitu, semua memori akan dibahasakan
semua pesan akan tersampaikan
semua senyum akan dikembangkan
dengan baik
Mesin hitam pembuka mata hampir separuh nyawa di bumi
dari kaca itu gunung dan laut tergambar
awan putih dan hujan lebat tersedia
warna pelangi nya sampai ke nurani
SCL